Jumat, 01 Februari 2013

LAPORAN PENGAMATAN MORFOLOGI JAMUR




LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
“PENGAMATAN MORFOLOGI JAMUR”









NAMA                                    : MEIDI PAPUTUNGAN
NIM                             : 0100840096
FAKULTAS               : KEDOKTERAN
KELOMPOK              : 2







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Jamur (fungi) banyak kita temukan disekitar kita. Jamur tumbuh subur terutama di musim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembap. Beberapa ahli mikologi membagi jamur menjadi dua kelompok berdasarkan bentuk tubuhnya, yaitu kapang (mold) dan khamir (yeast).
Kebanyakan jamur masuk dalam kelompok kapang. Tubuh vegetatif kapang berbentuk filamen panjang bercabang yang seperti benang disebut hifa. Hifa akan memanjang dan menyerap makanan dari permukaan substrat (tempat hidup jamur). Sedangkan jamur dalam kelompok khamir bersifat uniseluler (berinti satu), bentuknya bulat atau oval.
Pengamatan morfologi sangat penting untuk identifikasi dan determinasi. Bahkan pengamatan morfologi ini lebih penting daripada pengamatan fisiologis. Terdapat beberapa cara atau metode pengamatan yaitu dengan pembuatan slide cultur atau hanging drop. Untuk pengamatan morfologi dapat dilakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis. (Riecka, 2012)
Jamur tidak mempunyai batang, daun, dan akar serta tidak mempunyai sistem pembulu seperti pada tumbuhan tingkat tinggi.  Jamur umumnya berbentuk seperti benang, bersel banyak, dan semua dari jamur mempunyai potensi untuk tumbuh, karena tidak mempunyai klorofil yang berarti tidak dapat memasak makanannya sendiri, maka jamur memanfaatkan sisa-sisa bahan organik dari makhluk hidup yang telah mati maupun yang masih hidup. (Pracaya, 2007).

B.     Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengamati dan mengenali morfologi jamur penyebab infeksi pada manusia.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual atau aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan makanannya berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi.
Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang – benang yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas miselium vegetative yang berfungsi meresap menyerap nutrient dari lingkungan , dan miselium fertile yang berfungsi dalam reproduksi.
Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai cirri khas yaitu berupa benang tunggal atau bercabang – cabang yang disebut hifa. Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang dan khamir. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal da tidak berfilamen. (Ita Trie 2012)
Pada umumnya jamur dibagi menjadi 2 yaitu: khamir (Yeast) dan kapang (Mold).
1.      Khamir
Khamir adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir mempunyai sel yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar.khamir sangat beragam ukurannya,berkisar antara 1-5 μm lebarnya dan panjangnya dari 5-30 μm atau lebih. Biasanya berbentuk telur,tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan bentuk.Sel-sel individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya  (Coyne 1999)
a.       Khamir Murni
Khamir yang dapat berkembang biak dengan cara seksual dengan pembentukan askospora khamir ini diklasifikasikan sebagai Ascomycetes (Saccharomyces cerevisae, Saccharomyces carlbergesis, Hansenula anomala, Nadsonia sp). (Coyne 1999)

b.      Khamir Liar
Khamir murni yang biasanya terdapat pada kulitanggur. Khamir ini mungkin digunakan dalam proses fermentasi, meskipun galur yang diperbaiki telah dikembangkan yang menghasilkan anggur dengan rasa yang lebih enak dengan bau yang lebih menyenangkan. Khamir liar yang ada dikulit anggur dimatikan dengan penambahan dioksida belerang pada buah anggur yang telah dihancurkan. Inokulum galur khamir yang dikehendaki ditambahkan kemudian untuk memfermentasi air perasan anggur. (Coyne 1999)
c.       Khamir Atas
Khamir murni yang cenderung memproduksi gas sangat cepat sewaktu fermentasi,sehingga khamir itu dibawa kepermukaan. Khamir atas mencakup khamir yang digunakan dalam pembuatan roti,untuk kebanyakan anggur minuman dan bir inggris (Saccharomycescereviceae). (Coyne 1999)

d.      Khamir Dasar
Khamir murni yang memproduksi gas secara lebih lamban pada bagian awal fermentasi. Jadi sel khamir cenderung untuk menetap pada dasar. Galur terpilih digunakan dalam industri bir lager (Saccharomyces carlsbergensis). (Coyne 1999)

e.       Khamir Palsu atau Torulae
Khamir yang didalamnya tidak terdapat atau dikenal tahap pembentukan spora seksual. Banyak diantaranya yang penting dari segi medis (Cryptococcus neoformans, Pityrosporum ovale, Candida albicans). (Coyne 1999)

2.      Kapang
Tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5-10 μm, dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 μm. Disepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma bersama (Syamsuri 2004)
Ada 3 macam morfologi hifa:
a.       Aseptat atau senosit, hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum. (Syamsuri 2004)
b.      Septat dengan sel-sel uninukleat, sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nucleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori ditengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nucleus dan sitoplasma dari satu ruang keruang yang lain.setiap ruang suatu hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya pada sel yang khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel. (Syamsuri 2004)

c.       Septat dengan sel-sel multinukleat, septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang. (Syamsuri 2004)

Jamur tidak dapat hidup secara autotrof, melainkan harus hidup secara heterotrof. Jamur hidup dengan jalan menguraikan bahan-bahan organik yang ada dilingkungannya. Umumnya jamur hidup secara saprofit,artinya hidup dari penguraian sampah sampah-sampah organic seperti bangkai, sisa tumbuhan, makanan dan kayu lapuk, menjadi bahan-bahan anorganik. Ada pula jamur yang hidup secara parasit artinya jamur mendapatkan bahan organic dari inangnya misalnya dari manusia, binatang dan tumbuhan. Adapula yang hidup secara simbiosis mutualisme, yakni hidup bersama dengan orgaisme lain agar saling mendapatkan untung, misalnya bersimbiosis dengan ganggang membentuk lumut kerak. (Syamsuri 2004)
Jamur uniseluler misalnya ragi dapat mencerna tepung hingga terurai menjadi gula, dan gula dicerna menjadi alkohol. Sedangkan jamur multiseluler misalnya jamur tempe dapat mengaraikan protein kedelai menjadi protein sederhana dan  asam amino. Makanan tersebut dicerna diluar sehingga disebut pencernaan ekstraseluler, sama seperti pada bakteri. Caranya,sel-sel yang bekerja mengeluarkan enzim pencernaan. Enzim-enzim itulah yang bekerja menguraikan molekul-molekul kompleks menjadi molekul-molekul sederhana. (Syamsuri 2004)







BAB III
PROSEDUR KERJA

A.    Alat
1.      OSE
2.      Pipet tetes
3.      Tabung Reaksi
4.      Gelas Objek
5.      Cover Glass
6.      Buncen Burner
7.      Rak Tabung Reaksi
8.      Mikroskop

B.     Bahan
1.      Biakan jamur/Candidda albicans
2.      Biakan jamur kaskado
3.      KOH 10%
4.      Alkohol
5.      Tissue
6.      Semprot

C.     Cara Kerja
1.      Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.      Mensterilkan gelas objek dengan menggunakan alkohol.
3.      Memanaskan gelas objek dan OSE denga buncen burner.
4.      Meneteskan larutan KOH 10% pada gelas objek sebnyak 1 tetes.
5.      Mengambil media sediaan jamur dengan menggunakan OSE yang telah di sterilkan dan mencampurkannya dengan larutan KOH 10% diatas gelas objek.
6.      Setelah sediaan jamur telah bercampur dengan KOH 10%, kemudian tutup dengan menggunakan cover glass.
7.      Kemudian mengamati sediaan jamur tersebut di bawah mikroskop.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Setelah melakukan pengamatan pada sediaan jamur, maka kami menyimpulkan morfologi jamur sebagai berikut.
1.      Jamur Candida Albicans

2.      Jamur Kaskado







B.     Pembahasan
Dalam praktikum kali ini, kami melakukan pengamatan morfologi jamur, ada dua sampel jamur yang digunakan yaitu: jamur candida albicans dan jamur kaskado.

1.      Biakan jamur candida alicans
Candida albicans merupakan jamur dimorfik. Hal ini dikarenakan kemamampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 µ x 3-6 µ hingga 2-5,5 µ x 5-28 µ.
Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok blastospora berbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum. Pada beberapa strain, blastospora berukuran besar, berbentuk bulat atau seperti botol, dalam jumlah sedikit. Sel ini dapat berkembang menjadi klamidospora yang berdinding tebal dan bergaris tengah sekitar 8-12 µ.
Adapun urutan klasifikasi taksonomi dari Candida albicans adalah sebagai berikut:
                        Kingdom         : Fungi
          Phylum            : Ascomycota
                        Class                : Saccharomycetes
                        Ordo                : Saccharomycetales
                        Family             : Saccharomycetaceae
                        Genus              : Candida
                        Spesies            : Candida albicans
Mikosis dari Candida albicans yaitu mikosis sistemik. Jenis infeksi yang disebabkan oleh jamur ini adalah kandidiasis, yaitu penyakit pada selaput lendir mulut, vagina, dan saluran pencernaan. Infeksi yang lebih gawat dapat menyerang jantung (endokarditis), darah (septisemia), dan otak (meningitis). Lokalisasi infeksi biasanya terjadi pada mulut, saluran pencernaan, dan vagina. Prevalensi infeksi Candida albicans pada manusia dihubungkan dengan kekebalan tubuh yang menurun, sehingga invasi dapat terjadi.
Meningkatnya prevalensi infeksi Candida albicans dihubungkan dengan kelompok penderita dengan gangguan sistem imunitas seperti pada penderita AIDS, penderita yang menjalani transplantasi organ dan kemoterapi antimaligna. Selain itu makin meningkatnya tindakan invasif, seperti penggunaan kateter dan jarum infus sering dihubungkan dengan terjadinya invasi Candida albicans ke dalam jaringan. Edward (1990) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dari 344.610 kasus infeksi nosokomial yang ditemukan, 27.200 kasus (7,9%) disebabkan oleh jamur dan 21.488 kasus (79%) disebabkan oleh spesies Candida. Peneliti lain (Odds dkk. 1990) mengemukakan bahwa dari 6.545 penderita AIDS, sekitar 44,8%-nya adalah penderita kandidiasis.
Banyak studi epidemiologi melaporkan bahwa terjadinya kasus-kasus kandidiasis tidak dipengaruhi oleh iklim dan geografis. Hal itu menunjukkan bahwa Candida albicans sebagai penyebab kandidosis dapat ditemukan di berbagai negara.
            Gejala klinis yang terjadi akibat dari infeksi Candida albicans  adalah:
1.        Jika terjadi pada mulut tepatnya terjadi pada lidah maka akan mengurangi kenyamanan penderitanya seperti sensasi rasa kecap yang terganggu, rasa pedih, rasa sakit, dan rasa seperti terbakar pada lidah.
2.        Jika terjadi pada vagina maka gejala utama fluor albus yang sering disertai rasa gatal.
3.        Jika terjadi pada saluran pencernaan maka gejala yang ditimbulkannya adalah rasa nyeri, terutama bila tersentuh makanan.
4.        Jika terjadi pada paru-paru maka gejalanya menyerupai penyakit paru oleh sebab lain, yaitu suhu tubuh meningkat, nyeri dada, batuk, dahak kental yang dapat bercampur darah.
5.        Jika terjadi pada jantung maka gejala yang sangat mirip dengan penyakit yang disebabkan oleh kuman, yaitu demam, bising jantung, payah jantung, anemi dan pembesaran limpa.
6.        Jika terjadi pada otak gejala utamanya rasa nyeri disertai kelainan saraf misalnya afasia atau hemiparesis.


Penatalaksanaan akibat dari infeksi Candida albicans meliputi upaya pengobatan dan pencegahan.
a.       Pengobatan
Pengobatan penyakit akibat dari infeksi Candida albicans menggunakan antimikotik topikal seperti nistatin 100.000 unit selama 14 hari, mikonazol 100 mg selama 7 hari, dan klotrimazol 100 mg selama 7 hari, serta antimikotik sistemik seperti ketokonazol dengan dosis 2 x 100 mg selama 10-15 hari. Pengobatan pada bagian mulut dengan cara memakai obat kumur yakni heksetidin dengan konsentrasi sebesar 0,1%. Hesetidin merupakan derivate pirimidin yang bersifat antibakteri, antiprotozoa, dan mempunyai efek terhadap jamur.
Pengobatan suportif dapat dilakukan dengan menghilangkan faktor-faktor prediposisi. Perawatan yang tepat mapu menyembuhkan 90% dari infeksi vagina dalam dua minggu atau kurang (biasanya hanya dalam beberapa hari), tergantung pada jenis peradangannya. Infeksi vagina yang tidak diobati dapat berlangsung bertahun-tahun, dengan atau tanpa gejala. (Harvard Medical School, 2006).
Apabila terjadi infeksi berulang, hubungi dokter. Sekitar 5 % wanita terkena infeksi jamur vagina empat kali atau lebih setiap tahun. Hal ini disebut Recurrent Vulvovaginal Candidiasis (RVVC). RVVC umum terjadi pada wanita dengan diabetes atau sistem imun yang lemah. Normalnya, hal ini diatasi dengan obat antijamur selama sampai enam bulan. (Medic8® Family Health Guide, 2007)

b.      Pencegahan
1.      Upaya Pencegahan Primer
Karena kandidiasis vagina dapat ditularkan melalui hubungan seksual, penyebaran infeksi ini dapat dicegah dengan cara tidak berhubungan seksual atau hanya berhubungan seksual dengan satu pasangan yang tidak terinfeksi. Di samping itu, penderita pria juga dapat menggunkaan kondom lateks selama hubungan seksual, dengan atau tanpa spermatisida. Pencegahan terjangkitnya Candidiasis vagina, dapat dilakukan dengan menjaga area sekitar genitalia bersih dan kering. Hindari sabun yang dapat menyebabkan iritasi, vagina spray, dan semprotan air. Ganti pembalut secara teratur. Gunakan pakaian dalam dari katun yang longgar dan menyerap keringat, hindari pakaian dalam dari nilon. Setelah berenang, cepat ganti pakaian yang kering daripada duduk dengan pakaian renang yang basah dalam waktu yang lama. (Harvard Medical School, 2006)

2.      Upaya Pencegahan Sekunder
Setelah pasien menjelaskan gejala-gejala yang timbul, dokter akan melakukan pemeriksaan ginekologi dan memeriksa organ genitalia eksterna, vagina, dan cervix untuk melihat adanya inflamasi atau ekskret abnormal. Seseorang akan dinyatakan suspect Candidiasis vagina bila terjadi inflamasi pada vagina, terdapat ekskret putih dari vagina, dan di sekeliling vagina. Dokter mungkin akan mengambil sampel ekskret vagina untuk diperiksa dengan mikroskop di laboratorium. Candidosis Vagina dapat diatasi dengan obat antijamur yang bekerja secara langsung pada vagina sebagai tablet, krim, salep, atau suppositoria. Obat-obatan ini termasuk butoconazol (FemStat), clotrimazol (Clotrimaderm, Canesten), miconazol (Monistat, Monazol, Micozol), nystatin (sold under several brand names), tioconazol (GyneCure) and terconazole (Terazole). Oral fluconazole (Diflucan Oral) juga dapat digunakan dalam dosis ringan. Pengobatan pada pasangan seksual biasanya tidak direkomendasikan. (Harvard Medical School, 2006)
Tujuan terapi adalah untuk mengurangi jumlah organisme jamur dan melindungi jaringan vulva sehingga menggaruk dan menggosok tidak akan merusak kulit dan menyebabkan infeksi bakteri perineal sekunder. Gejala terbakarnya vulva karena alkohol dan produk toksik yang dimetabolis oleh jamur dari karbohidrat tubuh. Butoconazole (Femstat®, Mycelex ) intravaginal untuk 3 hari adalah salah satu pilihan obatnya. Banyak spesies jamur yang tahan terhadap bermacam-macam perawatan topis dan butoconazole lebih direkomendasikan berdasarkan beberapa pembelajaran lebih lanjut. Topical imidazoles cocok untuk jamur vagina, Butoconazole dan itraconazole memiliki aktivitas terbaik dalam tes pipet melawan bermacam-macam jamur dan organisme fungi yang lain. T. glabrata dan S. cerevisiae lebih resisten terhadap clotrimazole and ketoconazole, sedangkan C. krusei lebih resisten terhadap nystatin and flucytosine. Terconazol (Terazole®) umumnya menggunakan resep terapi jika terapi awal tidak bekerja. Ini lebih efektif daripada fluconazole (Diflucan®) untuk banyak spesies. Asam Borat vaginal suppositoria yang digunakan 600 mg/hari untuk 10 hari 80% efektif untuk C. glabrata yang telah resisten terhadap terapi standar lainnya. Terapi minyak esensial dapat juga digunakan untuk terapi jamur vagina. Minyak pohon teh terbukti efektif melawan jamur dalam konsentrasi 0.5%-2%. (Medic8® Family Health Guide, 2007)

3.      Upaya Pencegahan Tertier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengembalikan fungsi mental, fisik, dan sosial penderita setelah proses penyakitnya dihentikan. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.        Tidak memakai pakaian dalam berbahan nilon yang menyebabkan daerah genitalia menjadi lembab dan meningkatkan resiko infeksi berulang.
2.        Menjaga pola makan sesuai dengan standar kesehatan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
3.        Menjaga kebersihan individu dan lingkungan untuk mecegah pertumbuhan jamur yang dapat menyebabkan infeksi.
4.        Melatih masyarakat yang pernah terjangkit Candidiasis vagina untuk terbiasa hidup sehat.
5.        Terapi mental dan sosial. (Harvard Medical School, 2006)

2.        Biakan jamur kaskado
Tinea imbrikata yang dalam bahasa awam biasanya disebut dengan kaskado. Nama jamur yang menyebabkan terjadinya Tinea imbrikata adalah Trichopyton concentikum. Adapun urutan klasifikasi taksonominya adalah sebagai berikut:
                        Kingdom         : Fungi
                        Phylum            : Ascomycota
                        Class    : Euascomycetes
                        Ordo    : Onygenales
                        Familly            : Arthrodermataceae
                        Genus  : Trichophyton
                        Spesies            : Trichophyton concentrikum 
Mikosis dari Trichophyton concentrikum yaitu mikosis superfisialis. Jenis infeksi yang disebabkan oleh jamur ini adalah ringworm. Lokalisasi infeksinya biasa terjadi pada seluruh tubuh. Penyebarannya bisa terjadi pada semua umur, prevalensi antara jenis kelamin pria dan wanita pun tidak berbeda, dapat menyerang semua bangsa/ras, sering terjadi di daerah tropis sebab musim/iklim panas mempermudah perkembangannya.
Gejala klinis dari Tinea imbrikata meliputi makula berwarna seperti kulit normal, sifatnya berbentuk lingkaran dan ditutupi sisik-sisik ka­sar, atau beberapa lingkaran dapat menyatu (polisiklis); skuama saling menindih seperti susunan atap genting.
Penatalaksanaan untuk infeksi jamur superfisial yaitu Tinea imbrikata meliputi:
a.    Sistemik
Ø  Griseofulvin
Griseofulvin menghambat mitosis jamur dengan berkaitan dengan mikrotubulus dan menghambat polumerisasi tubulin menjadi mikrotubulus. Griseofulvin tidak larut di dalam air. Obat diberikan per oral, dan hanya sekitar 50% dosis oral yang masuk ke sirkulasi. Absorbsinya akan meningkat bilamana diberikan bersama lemak. Infeksi kulit dan rambut memerlukan terapi 4-6 minggu, kuku tangan sampai 6 bulan, dan kuku kaki memerlukan 1 tahun terapi.
Griseofulvin dimetabolisme di hati dengan dealkilasi dan metabolitnya yang inaktif diekskresi dalam urin sebagai glukoronid. Griseofulvin ini menghambat jamur dari spesies Microsporum, Tricophyton, dan Epidermophyton. Griseofulvin biasanya hanya digunakan untuk mengobati infeksi dermatofit pada kulit, kuku, dan rambut. Griseofulvin tersedia dalam bentuk tablet 125, 250, 500 mg, dan suspensi 125 mg/ml. Dosis dewasa adalah 500-1000mg/hari dosis tunggal atau dosis terbagi. Untuk anak, dosisnya adalah 10mg/kg BB/hari.




b.    Topikal
Ø  Krisarobin 5%, sulfur 5%, atau asam salisilat 5%.
Ø  G Castellani'spaint.
Ø  Salep Whitfield kombinasi asam benzoat dan asam salisilat (2:1, biasanya 12% dan 66%).




























BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Jamur tidak dapat hidup secara autotrof, melainkan harus hidup secara heterotrof. Jamur hidup dengan jalan menguraikan bahan-bahan organik yang ada dilingkungannya. Umumnya jamur hidup secara saprofit,artinya hidup dari penguraian sampah sampah-sampah organic seperti bangkai, sisa tumbuhan, makanan dan kayu lapuk, menjadi bahan-bahan anorganik.
Pada umumnya jamur dibagi menjadi 2 yaitu: khamir (Yeast) dan kapang (Mold). Khamir adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir mempunyai sel yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Sedankan kapang (yeast) adalah tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa. Pada percobaan kali ini kami menggunakan dua media biakan jamur yaitu jamur candida albicans DAN jamur Tinea imbrikata atau jamur kaskado.
Candida albicans merupakan jamur dimorfik. Hal ini dikarenakan kemamampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu.
Tinea imbrikata yang dalam bahasa awam biasanya disebut dengan kaskado. Nama jamur yang menyebabkan terjadinya Tinea imbrikata adalah Trichopyton concentikum.










DAFTAR PUSTAKA
Riecka.2012.http://rieckamissziiph.blogspot.com/2012/03/pengamatan-morfologi-fungi-praktikum.html. diakses tanggal 31 januari 2013

Pracaya,  2007.  Hama Dan Penyakit Tanaman.  Penebar Swadaya,  Jakarta.


Coyne, Mark S. 1999. Soil Microbiology: An Exploratory Approach. USA : Delmar Publisher

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga :Jakarta.

Yosephine, D. H. 2008. Candida albicans. http://farmakologi.files.wordpress.com/2011/02/antijamur.pdf Diakses pada tanggal 20 Januari 2013

1 komentar: