LAPORAN
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
“PENGAMATAN
MORFOLOGI JAMUR”
NAMA :
MEIDI PAPUTUNGAN
NIM :
0100840096
FAKULTAS : KEDOKTERAN
KELOMPOK : 2
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Jamur (fungi) banyak kita temukan disekitar kita. Jamur tumbuh subur
terutama di musim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembap. Beberapa
ahli mikologi membagi jamur menjadi dua kelompok berdasarkan bentuk tubuhnya,
yaitu kapang (mold) dan khamir (yeast).
Kebanyakan jamur masuk dalam kelompok kapang. Tubuh vegetatif kapang
berbentuk filamen panjang bercabang yang seperti benang disebut hifa. Hifa akan
memanjang dan menyerap makanan dari permukaan substrat (tempat hidup jamur).
Sedangkan jamur dalam kelompok khamir bersifat uniseluler (berinti satu),
bentuknya bulat atau oval.
Pengamatan morfologi sangat penting untuk identifikasi dan determinasi.
Bahkan pengamatan morfologi ini lebih penting daripada pengamatan fisiologis.
Terdapat beberapa cara atau metode pengamatan yaitu dengan pembuatan slide
cultur atau hanging drop. Untuk pengamatan morfologi
dapat dilakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis. (Riecka, 2012)
Jamur tidak
mempunyai batang, daun, dan akar serta tidak mempunyai sistem pembulu seperti
pada tumbuhan tingkat tinggi. Jamur umumnya berbentuk seperti
benang, bersel banyak, dan semua dari jamur mempunyai potensi untuk tumbuh,
karena tidak mempunyai klorofil yang berarti tidak dapat memasak makanannya
sendiri, maka jamur memanfaatkan sisa-sisa bahan organik dari makhluk hidup
yang telah mati maupun yang masih hidup. (Pracaya, 2007).
B.
Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengamati dan mengenali morfologi
jamur penyebab infeksi pada manusia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel
tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi
seksual atau aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom
tersendiri, karena cara mendapatkan makanannya berbeda dengan organisme
eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi.
Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang – benang yang disebut
hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium
dapat dibedakan atas miselium vegetative yang berfungsi meresap menyerap
nutrient dari lingkungan , dan miselium fertile yang berfungsi dalam
reproduksi.
Fungi tingkat tinggi maupun tingkat
rendah mempunyai cirri khas yaitu berupa benang tunggal atau bercabang – cabang
yang disebut hifa. Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang dan
khamir. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium,
sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal da tidak berfilamen. (Ita Trie
2012)
Pada umumnya jamur dibagi menjadi 2 yaitu: khamir (Yeast) dan kapang
(Mold).
1.
Khamir
Khamir adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan
secara pertunasan. Khamir mempunyai sel yang lebih besar daripada kebanyakan
bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang
terbesar.khamir sangat beragam ukurannya,berkisar antara 1-5 μm lebarnya dan
panjangnya dari 5-30 μm atau lebih. Biasanya berbentuk telur,tetapi beberapa
ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang
khas, namun sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi yang luas dalam hal
ukuran dan bentuk.Sel-sel individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya.
Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya
(Coyne 1999)
a.
Khamir Murni
Khamir yang dapat berkembang biak dengan cara seksual
dengan pembentukan askospora khamir ini diklasifikasikan sebagai Ascomycetes (Saccharomyces
cerevisae, Saccharomyces carlbergesis, Hansenula anomala, Nadsonia
sp). (Coyne 1999)
b.
Khamir Liar
Khamir murni yang biasanya terdapat pada kulitanggur.
Khamir ini mungkin digunakan dalam proses fermentasi, meskipun galur yang
diperbaiki telah dikembangkan yang menghasilkan anggur dengan rasa yang lebih
enak dengan bau yang lebih menyenangkan. Khamir liar yang ada dikulit anggur
dimatikan dengan penambahan dioksida belerang pada buah anggur yang telah
dihancurkan. Inokulum galur khamir yang dikehendaki ditambahkan kemudian untuk
memfermentasi air perasan anggur. (Coyne 1999)
c.
Khamir Atas
Khamir murni yang cenderung memproduksi gas sangat
cepat sewaktu fermentasi,sehingga khamir itu dibawa kepermukaan. Khamir atas
mencakup khamir yang digunakan dalam pembuatan roti,untuk kebanyakan anggur
minuman dan bir inggris (Saccharomycescereviceae). (Coyne 1999)
d.
Khamir Dasar
Khamir murni yang memproduksi gas secara lebih lamban
pada bagian awal fermentasi. Jadi sel khamir cenderung untuk menetap pada
dasar. Galur terpilih digunakan dalam industri bir lager (Saccharomyces
carlsbergensis). (Coyne 1999)
e.
Khamir Palsu atau Torulae
Khamir yang didalamnya tidak terdapat atau dikenal
tahap pembentukan spora seksual. Banyak diantaranya yang penting dari segi
medis (Cryptococcus neoformans, Pityrosporum ovale, Candida albicans). (Coyne
1999)
2.
Kapang
Tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya terdiri
dari 2 bagian miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman).
Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa
lebarnya 5-10 μm, dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1
μm. Disepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma bersama (Syamsuri 2004)
Ada 3 macam morfologi hifa:
a.
Aseptat atau senosit, hifa seperti ini
tidak mempunyai dinding sekat atau septum. (Syamsuri 2004)
b.
Septat dengan sel-sel uninukleat, sekat
membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nucleus tunggal. Pada
setiap septum terdapat pori ditengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nucleus
dan sitoplasma dari satu ruang keruang yang lain.setiap ruang suatu hifa yang
bersekat tidak terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya pada sel yang
khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel. (Syamsuri 2004)
c.
Septat dengan sel-sel multinukleat, septum
membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang.
(Syamsuri 2004)
Jamur tidak dapat hidup secara autotrof,
melainkan harus hidup secara heterotrof. Jamur hidup dengan jalan menguraikan
bahan-bahan organik yang ada dilingkungannya. Umumnya jamur hidup secara
saprofit,artinya hidup dari penguraian sampah sampah-sampah organic seperti
bangkai, sisa tumbuhan, makanan dan kayu lapuk, menjadi bahan-bahan anorganik.
Ada pula jamur yang hidup secara parasit artinya jamur mendapatkan bahan
organic dari inangnya misalnya dari manusia, binatang dan tumbuhan. Adapula
yang hidup secara simbiosis mutualisme, yakni hidup bersama dengan orgaisme
lain agar saling mendapatkan untung, misalnya bersimbiosis dengan ganggang membentuk
lumut kerak. (Syamsuri 2004)
Jamur uniseluler misalnya ragi dapat
mencerna tepung hingga terurai menjadi gula, dan gula dicerna menjadi alkohol.
Sedangkan jamur multiseluler misalnya jamur tempe dapat mengaraikan protein
kedelai menjadi protein sederhana dan asam amino. Makanan tersebut
dicerna diluar sehingga disebut pencernaan ekstraseluler, sama seperti pada
bakteri. Caranya,sel-sel yang bekerja mengeluarkan enzim pencernaan.
Enzim-enzim itulah yang bekerja menguraikan molekul-molekul kompleks menjadi
molekul-molekul sederhana. (Syamsuri 2004)
BAB III
PROSEDUR KERJA
A. Alat
1. OSE
2. Pipet
tetes
3. Tabung
Reaksi
4. Gelas
Objek
5. Cover
Glass
6. Buncen
Burner
7. Rak
Tabung Reaksi
8. Mikroskop
B. Bahan
1. Biakan
jamur/Candidda albicans
2. Biakan
jamur kaskado
3. KOH
10%
4. Alkohol
5. Tissue
6. Semprot
C. Cara
Kerja
1. Siapkan
alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mensterilkan
gelas objek dengan menggunakan alkohol.
3. Memanaskan
gelas objek dan OSE denga buncen burner.
4. Meneteskan
larutan KOH 10% pada gelas objek sebnyak 1 tetes.
5. Mengambil
media sediaan jamur dengan menggunakan OSE yang telah di sterilkan dan
mencampurkannya dengan larutan KOH 10% diatas gelas objek.
6. Setelah
sediaan jamur telah bercampur dengan KOH 10%, kemudian tutup dengan menggunakan
cover glass.
7. Kemudian
mengamati sediaan jamur tersebut di bawah mikroskop.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Setelah
melakukan pengamatan pada sediaan jamur, maka kami menyimpulkan morfologi jamur
sebagai berikut.
1. Jamur
Candida Albicans
2. Jamur
Kaskado
B.
Pembahasan
Dalam
praktikum kali ini, kami melakukan pengamatan morfologi jamur, ada dua sampel
jamur yang digunakan yaitu: jamur candida albicans dan jamur kaskado.
1. Biakan
jamur candida alicans
Candida albicans merupakan jamur
dimorfik. Hal ini dikarenakan kemamampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang
berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan
menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan
bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi
(blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 µ x
3-6 µ hingga 2-5,5 µ x 5-28 µ.
Candida albicans
memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus memanjang
membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok blastospora
berbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum. Pada beberapa strain,
blastospora berukuran besar, berbentuk bulat atau seperti botol, dalam jumlah
sedikit. Sel ini dapat berkembang menjadi klamidospora yang berdinding tebal
dan bergaris tengah sekitar 8-12 µ.
Adapun urutan klasifikasi taksonomi dari Candida albicans adalah
sebagai berikut:
Kingdom :
Fungi
Phylum :
Ascomycota
Class :
Saccharomycetes
Ordo :
Saccharomycetales
Family :
Saccharomycetaceae
Genus :
Candida
Spesies :
Candida albicans
Mikosis
dari Candida albicans yaitu mikosis
sistemik. Jenis infeksi yang disebabkan oleh jamur ini adalah kandidiasis,
yaitu penyakit pada selaput lendir mulut, vagina, dan saluran pencernaan.
Infeksi yang lebih gawat dapat menyerang jantung (endokarditis), darah
(septisemia), dan otak (meningitis). Lokalisasi
infeksi biasanya terjadi pada mulut, saluran pencernaan, dan vagina. Prevalensi infeksi Candida
albicans pada manusia dihubungkan dengan kekebalan tubuh yang menurun, sehingga
invasi dapat terjadi.
Meningkatnya
prevalensi infeksi Candida albicans dihubungkan dengan kelompok penderita
dengan gangguan sistem imunitas seperti pada penderita AIDS, penderita yang
menjalani transplantasi organ dan kemoterapi antimaligna. Selain itu makin
meningkatnya tindakan invasif, seperti penggunaan kateter dan jarum infus
sering dihubungkan dengan terjadinya invasi Candida albicans ke dalam jaringan.
Edward (1990) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dari 344.610 kasus infeksi
nosokomial yang ditemukan, 27.200 kasus (7,9%) disebabkan oleh jamur dan 21.488
kasus (79%) disebabkan oleh spesies Candida. Peneliti lain (Odds dkk. 1990)
mengemukakan bahwa dari 6.545 penderita AIDS, sekitar 44,8%-nya adalah penderita
kandidiasis.
Banyak
studi epidemiologi melaporkan bahwa terjadinya kasus-kasus kandidiasis tidak
dipengaruhi oleh iklim dan geografis. Hal itu menunjukkan bahwa Candida albicans
sebagai penyebab kandidosis dapat ditemukan di berbagai negara.
Gejala
klinis yang terjadi akibat dari infeksi Candida
albicans adalah:
1.
Jika
terjadi pada mulut tepatnya terjadi pada lidah maka akan mengurangi kenyamanan
penderitanya seperti sensasi rasa kecap yang terganggu, rasa pedih, rasa sakit,
dan rasa seperti terbakar pada lidah.
2.
Jika
terjadi pada vagina maka gejala utama fluor albus yang sering disertai rasa
gatal.
3.
Jika
terjadi pada saluran pencernaan maka gejala yang ditimbulkannya adalah rasa
nyeri, terutama bila tersentuh makanan.
4.
Jika
terjadi pada paru-paru maka gejalanya menyerupai penyakit paru oleh sebab lain,
yaitu suhu tubuh meningkat, nyeri dada, batuk, dahak kental yang dapat
bercampur darah.
5.
Jika
terjadi pada jantung maka gejala yang sangat mirip dengan penyakit yang
disebabkan oleh kuman, yaitu demam, bising jantung, payah jantung, anemi dan
pembesaran limpa.
6.
Jika terjadi
pada otak gejala utamanya rasa nyeri disertai kelainan saraf misalnya afasia
atau hemiparesis.
Penatalaksanaan akibat dari infeksi Candida albicans meliputi upaya pengobatan dan pencegahan.
a.
Pengobatan
Pengobatan penyakit akibat dari infeksi Candida albicans menggunakan antimikotik topikal seperti nistatin 100.000
unit selama 14 hari, mikonazol 100 mg selama 7 hari, dan klotrimazol 100 mg
selama 7 hari, serta antimikotik sistemik seperti ketokonazol dengan dosis 2 x
100 mg selama 10-15 hari. Pengobatan pada bagian mulut dengan cara memakai obat
kumur yakni heksetidin dengan konsentrasi sebesar 0,1%. Hesetidin merupakan
derivate pirimidin yang bersifat antibakteri, antiprotozoa, dan mempunyai efek
terhadap jamur.
Pengobatan suportif dapat dilakukan dengan
menghilangkan faktor-faktor prediposisi. Perawatan yang tepat mapu menyembuhkan
90% dari infeksi vagina dalam dua minggu atau kurang (biasanya hanya dalam
beberapa hari), tergantung pada jenis peradangannya. Infeksi vagina yang tidak
diobati dapat berlangsung bertahun-tahun, dengan atau tanpa gejala. (Harvard
Medical School, 2006).
Apabila terjadi infeksi berulang, hubungi dokter.
Sekitar 5 % wanita terkena infeksi jamur vagina empat kali atau lebih setiap
tahun. Hal ini disebut Recurrent Vulvovaginal Candidiasis (RVVC). RVVC umum
terjadi pada wanita dengan diabetes atau sistem imun yang lemah. Normalnya, hal
ini diatasi dengan obat antijamur selama sampai enam bulan. (Medic8® Family
Health Guide, 2007)
b.
Pencegahan
1.
Upaya
Pencegahan Primer
Karena kandidiasis vagina dapat ditularkan melalui hubungan
seksual, penyebaran infeksi ini dapat dicegah dengan cara tidak berhubungan
seksual atau hanya berhubungan seksual dengan satu pasangan yang tidak
terinfeksi. Di samping itu, penderita pria juga dapat menggunkaan kondom lateks
selama hubungan seksual, dengan atau tanpa spermatisida. Pencegahan
terjangkitnya Candidiasis vagina, dapat dilakukan dengan menjaga area sekitar
genitalia bersih dan kering. Hindari sabun yang dapat menyebabkan iritasi,
vagina spray, dan semprotan air. Ganti pembalut secara teratur. Gunakan pakaian
dalam dari katun yang longgar dan menyerap keringat, hindari pakaian dalam dari
nilon. Setelah berenang, cepat ganti pakaian yang kering daripada duduk dengan
pakaian renang yang basah dalam waktu yang lama. (Harvard Medical School, 2006)
2.
Upaya
Pencegahan Sekunder
Setelah pasien menjelaskan gejala-gejala yang timbul,
dokter akan melakukan pemeriksaan ginekologi dan memeriksa organ genitalia eksterna,
vagina, dan cervix untuk melihat adanya inflamasi atau ekskret abnormal. Seseorang
akan dinyatakan suspect Candidiasis vagina bila terjadi inflamasi pada vagina,
terdapat ekskret putih dari vagina, dan di sekeliling vagina. Dokter mungkin akan
mengambil sampel ekskret vagina untuk diperiksa dengan mikroskop di
laboratorium. Candidosis Vagina dapat diatasi dengan obat antijamur yang
bekerja secara langsung pada vagina sebagai tablet, krim, salep, atau
suppositoria. Obat-obatan ini termasuk butoconazol (FemStat), clotrimazol (Clotrimaderm,
Canesten), miconazol (Monistat, Monazol, Micozol), nystatin (sold under several
brand names), tioconazol (GyneCure) and terconazole (Terazole). Oral
fluconazole (Diflucan Oral) juga dapat digunakan dalam dosis ringan. Pengobatan
pada pasangan seksual biasanya tidak direkomendasikan. (Harvard Medical School,
2006)
Tujuan terapi adalah untuk mengurangi jumlah organisme jamur
dan melindungi jaringan vulva sehingga menggaruk dan menggosok tidak akan
merusak kulit dan menyebabkan infeksi bakteri perineal sekunder. Gejala
terbakarnya vulva karena alkohol dan produk toksik yang dimetabolis oleh jamur
dari karbohidrat tubuh. Butoconazole (Femstat®, Mycelex ) intravaginal untuk 3
hari adalah salah satu pilihan obatnya. Banyak spesies jamur yang tahan
terhadap bermacam-macam perawatan topis dan butoconazole lebih direkomendasikan
berdasarkan beberapa pembelajaran lebih lanjut. Topical imidazoles cocok untuk
jamur vagina, Butoconazole dan itraconazole memiliki aktivitas terbaik dalam
tes pipet melawan bermacam-macam jamur dan organisme fungi yang lain. T. glabrata dan S. cerevisiae lebih resisten terhadap
clotrimazole and ketoconazole, sedangkan C.
krusei lebih resisten terhadap nystatin
and flucytosine. Terconazol (Terazole®) umumnya menggunakan resep terapi jika
terapi awal tidak bekerja. Ini lebih efektif daripada fluconazole (Diflucan®)
untuk banyak spesies. Asam Borat vaginal suppositoria yang digunakan 600
mg/hari untuk 10 hari 80% efektif untuk C.
glabrata yang telah resisten terhadap
terapi standar lainnya. Terapi minyak esensial dapat juga digunakan untuk
terapi jamur vagina. Minyak pohon teh terbukti efektif melawan jamur dalam
konsentrasi 0.5%-2%. (Medic8® Family Health Guide, 2007)
3.
Upaya
Pencegahan Tertier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengembalikan
fungsi mental, fisik, dan sosial penderita setelah proses penyakitnya dihentikan.
Upaya ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.
Tidak
memakai pakaian dalam berbahan nilon yang menyebabkan daerah genitalia menjadi
lembab dan meningkatkan resiko infeksi berulang.
2.
Menjaga
pola makan sesuai dengan standar kesehatan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
3.
Menjaga
kebersihan individu dan lingkungan untuk mecegah pertumbuhan jamur yang dapat
menyebabkan infeksi.
4.
Melatih
masyarakat yang pernah terjangkit Candidiasis vagina untuk terbiasa hidup
sehat.
5.
Terapi
mental dan sosial. (Harvard Medical School, 2006)
2.
Biakan
jamur kaskado
Tinea imbrikata yang dalam bahasa awam biasanya
disebut dengan kaskado. Nama jamur yang menyebabkan terjadinya Tinea imbrikata
adalah Trichopyton concentikum. Adapun
urutan klasifikasi taksonominya adalah sebagai berikut:
Kingdom :
Fungi
Phylum :
Ascomycota
Class :
Euascomycetes
Ordo :
Onygenales
Familly :
Arthrodermataceae
Genus :
Trichophyton
Spesies :
Trichophyton concentrikum
Mikosis
dari Trichophyton concentrikum yaitu mikosis superfisialis. Jenis
infeksi yang disebabkan oleh jamur ini adalah ringworm. Lokalisasi infeksinya biasa terjadi pada seluruh tubuh.
Penyebarannya bisa terjadi pada semua umur, prevalensi antara jenis kelamin
pria dan wanita pun tidak berbeda, dapat menyerang semua bangsa/ras, sering
terjadi di daerah tropis sebab musim/iklim panas mempermudah perkembangannya.
Gejala klinis dari Tinea imbrikata meliputi makula berwarna seperti kulit normal, sifatnya berbentuk lingkaran dan ditutupi sisik-sisik kasar,
atau beberapa lingkaran dapat menyatu (polisiklis); skuama saling menindih
seperti susunan atap genting.
Penatalaksanaan
untuk infeksi jamur superfisial yaitu Tinea imbrikata meliputi:
a. Sistemik
Ø Griseofulvin
Griseofulvin menghambat mitosis jamur dengan
berkaitan dengan mikrotubulus dan menghambat polumerisasi tubulin menjadi
mikrotubulus. Griseofulvin tidak larut di dalam air. Obat diberikan per oral,
dan hanya sekitar 50% dosis oral yang masuk ke sirkulasi. Absorbsinya akan
meningkat bilamana diberikan bersama lemak. Infeksi kulit dan rambut memerlukan
terapi 4-6 minggu, kuku tangan sampai 6 bulan, dan kuku kaki memerlukan 1 tahun
terapi.
Griseofulvin dimetabolisme di hati dengan
dealkilasi dan metabolitnya yang inaktif diekskresi dalam urin sebagai
glukoronid. Griseofulvin ini menghambat jamur dari spesies Microsporum,
Tricophyton, dan Epidermophyton. Griseofulvin biasanya hanya digunakan untuk
mengobati infeksi dermatofit pada kulit, kuku, dan rambut. Griseofulvin
tersedia dalam bentuk tablet 125, 250, 500 mg, dan suspensi 125 mg/ml. Dosis
dewasa adalah 500-1000mg/hari dosis tunggal atau dosis terbagi. Untuk anak,
dosisnya adalah 10mg/kg BB/hari.
b. Topikal
Ø Krisarobin 5%, sulfur 5%, atau asam salisilat 5%.
Ø G Castellani'spaint.
Ø Salep Whitfield kombinasi asam benzoat dan asam
salisilat (2:1, biasanya 12% dan 66%).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jamur tidak dapat hidup secara autotrof, melainkan harus hidup secara
heterotrof. Jamur hidup dengan jalan menguraikan bahan-bahan organik yang ada
dilingkungannya. Umumnya jamur hidup secara saprofit,artinya hidup dari
penguraian sampah sampah-sampah organic seperti bangkai, sisa tumbuhan, makanan
dan kayu lapuk, menjadi bahan-bahan anorganik.
Pada umumnya jamur dibagi menjadi 2 yaitu: khamir (Yeast) dan kapang
(Mold). Khamir adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan.
Khamir mempunyai sel yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi
khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Sedankan kapang
(yeast) adalah tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari 2
bagian miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium
merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa. Pada percobaan kali
ini kami menggunakan dua media biakan jamur yaitu jamur candida albicans DAN jamur Tinea imbrikata atau jamur kaskado.
Candida albicans merupakan jamur
dimorfik. Hal ini dikarenakan kemamampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang
berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan
menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu.
Tinea imbrikata yang dalam bahasa awam biasanya
disebut dengan kaskado. Nama jamur yang menyebabkan terjadinya Tinea imbrikata
adalah Trichopyton concentikum.
DAFTAR PUSTAKA
Riecka.2012.http://rieckamissziiph.blogspot.com/2012/03/pengamatan-morfologi-fungi-praktikum.html.
diakses tanggal 31 januari 2013
Pracaya, 2007. Hama
Dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.
Trie.
Ita. 2012. http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-mikrobiologi-pengamatan-jamur.html.
diakses tanggal 31 januari 2013
Coyne, Mark S. 1999. Soil Microbiology: An Exploratory Approach.
USA : Delmar Publisher
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga :Jakarta.
Yosephine, D. H. 2008. Candida albicans. http://farmakologi.files.wordpress.com/2011/02/antijamur.pdf Diakses pada tanggal 20 Januari 2013
Thanks infonya. aanpariansyah.student.ipb,ac.id
BalasHapus